Tentu saja, kata seorang teman, bagaimana tidak gila seorang perempuan yang belum pernah bertandang ke Ibukota memutuskan untuk menyambangi tanah yang kata orang keras itu. Sendiri.
Berawal dari perkenalanku pada sebuah keluarga, yang berstruktur, KMNU. Menyandang amanah sebagai bendahara regional 2 skala Jateng-DIY dalam keluarga nasional tersebut. Hingga akhirnya mereka mengabariku dan mengharuskanku datang ke ibukota awal april lalu. Tidak sendiri awalnya, kepala keluarga yang satu daerah denganku sebenarnya berniat untuk ikut bertandang. Akan tetapi, karena satu tugas yang mungkin tidak bisa ia tinggalkan, menjadikanku harus berangkat sendiri. Meski harus terhalang restu kedua orang tuaku, awalnya. Meski ketua acara harus memberanikan diri menghubungi orang tuaku, hingga akhirnya mereka mengizinkanku. Yah, seperti tiga huruf ACC dari asisten dosen diatas tumpukan laporan dan revisian, membahagiakan. Tentu saja. hahaha
Berawal dari perkenalanku pada sebuah keluarga, yang berstruktur, KMNU. Menyandang amanah sebagai bendahara regional 2 skala Jateng-DIY dalam keluarga nasional tersebut. Hingga akhirnya mereka mengabariku dan mengharuskanku datang ke ibukota awal april lalu. Tidak sendiri awalnya, kepala keluarga yang satu daerah denganku sebenarnya berniat untuk ikut bertandang. Akan tetapi, karena satu tugas yang mungkin tidak bisa ia tinggalkan, menjadikanku harus berangkat sendiri. Meski harus terhalang restu kedua orang tuaku, awalnya. Meski ketua acara harus memberanikan diri menghubungi orang tuaku, hingga akhirnya mereka mengizinkanku. Yah, seperti tiga huruf ACC dari asisten dosen diatas tumpukan laporan dan revisian, membahagiakan. Tentu saja. hahaha
Dan perjalanan dimulai dari pojok kamar 2, merapihkan baju-baju dan segala perlengkapannya didalam koper kecil, yah merepotkan untuk orang yang baru pertama kali bepergian jauh sendiri. Tepat tanggal 3 April, kepala keluarga sekaligus kakakku mengantarkanku, tepat 5 menit sebelum aku terlambat dan akhirnya gerbong besi berlabelkan Kertajaya mengantarkanku dari Stasiun Poncol siang itu. Duduk dideretan kursi tanpa ada teman yang kukenal, hingga akhirnya ibu-ibu dengan anak kecilnya mengajakku bicara, yang kudengar beliau akan kembali ke rumahnya di Jakarta setelah berlibur di Semarang. Saling bertukar informasi hingga makanan ringan.
Kira-kira pukul 9 lebih 15menit, Kertajaya berhenti di Stasiun Senen, beberapa menit lebih lambat dari jadwal yang telah ditetapkan. Kuangkat koper menuju pintu masuk stasiun, bertanya lewat pesan singkat pada teman yang telah lama menunggu diluar, kemana harus kulangkahkan kakiku. Akhirnya berbekal rasa lelah, kutanya petugas stasiun arah pintu keluar dan dengan sisa semangat diujung raga kulangkahkan kaki menghampiri teman-teman diluar.
Seorang laki-laki menyapaku "Mbak Nabila?" tanyanya.
"Iya, Mas Puguh?"
"Iya mbak"
Dan sebenarnya aku belum pernah bertemu dengan teman-teman yang menjemputku. Setelah beberapa menit berbincang dengan dua orang yang bersama Mas Puguh, yang akhirnya kuketahui namanya Mbak Uzi dan Mas Mukhlis. Rasa lelah dan lapar kemudian bertambah dengan kekagetanku, dengan kata maaf Mas Puguh menjelaskan bahwa sebenarnya panitia hanya memiliki SATU motor. Sedangkan harus ada dua orang yang dijemput, yaitu aku dan Mbak Uzi. Akhirnya Mas Puguh menyarankan agar aku dan Mas Mukhlis berangkat menuju lokasi dengan bis kota. Sedikit rasa jengkel kulangkahkan kakiku dibelakang Mas Mukhlis.
Sopir bus kota akhirnya memacu gasnya, menembus jalanan Jakarta yang mulai padam cahayanya. Terlihat kegelisahan dari raut muka Mas Mukhlis yang sedari tadi sibuk dengan GPS dari smartphonenya. Akhirnya dengan menyesal ia katakan bahwa sebenarnya dia tak terlalu paham jalanan ibukota, meski beberapa tahun dia merasakan hidup disana. Allahu robbi... bagaimana mungkin mereka membiarkanku berdua dengan orang yang tak kukenal, pun dia tak tau jalan pulang. pikirku kala itu. Kegelisahan kami kian bertambah kala kernet dengan nada keras mengingatkan bahwa bundaran (yang tak kuingat namanya) tempat kami harusnya berhenti telah terlewat beberapa ratus meter. . . Kegilaan apa lagi ini.....
No comments:
Post a Comment