8/15/2015

Hei anak kecil, hidup adalah tentang perjuangan

Salah satu screenshots yang tersisa dari benda kecil yang dielu-elukan sebagai ponsel pintar itu. Banyak sekali sebenarnya screenshots berisi pelajaran penting yang kunilai itu sebagai dua tindakan yang berseberangan, bodoh dan cerdas tepat.

Aku bodoh, tentu saja, dengan menyimpannya mungkin akan menjadi sulit untuk melupakan orang itu. atau mungkin ada yang menganggap gadis itu masih mempertahankan perasaannya, berharap semuanya menjadi nyata. Oh tidak tidak, aku tidak akan banyak berharap, pun menanti semua harapku menjadi nyata. Meskipun tentu saja, mendoakan adalah hal yang kurasa lebih baik untuk kulakukan, semoga yang terbaik selalu bersama 'kita'.

Cerdas tepat, karena dengan menyimpan puluhan screenshots itu setidaknya aku akan tetap diingatkan tentang perjuangan, menampar diri sendiri saat merasa jatuh karena satu kegagalan. Jika beberapa waktu yang lalu masih ada yang dengan getolnya memarahiku saat menangis, memperburuk suasana hati dengan ucapan menyebalkannya, meyakinkanku bahwa semuanya akan baik-baik saja (ya, hanya akan buruk diawal, tapi ketika kita bisa menyikapinya dengan bijak, semua akan kembali normal), puluhan kali mengatakan bahwa hidup adalah perjuangan, serta memelukku mendoakanku setiap selesai sholatnya. Tapi untuk saat ini, aku tak akan banyak berharap dengan pesan-pesan singkat yang memenuhi handphoneku, meskipun sekedar menyapa tentu saja.

hahah, apapun itu, aku bersyukur dipertemukan dengan orang itu, anda, ya tentu saja anda, aku bocah cilikmu kang... Sudahlah, tak penting membahas tentang kita itu semua.

Screenshots ini atau lebih tepatnya catatan kecil ini kubuat beberapa minggu yang lalu, awal bulan Agustus yang manis di sebuah pondok pesantren di Jombang. Tepatnya sebelum melonjorkan badan setelah seharian lelah dengan aktivitas yang menyenangkan tentu saja, mencari orang yang bersedia menampung mempersilahkan kami (saya tidak sendiri kala itu) untuk tidur di rumahnya. Dan akhirnya, seseorang membawa kami ketempat itu.

Catatan itu dibuat atas renungan berjam-jam (fisik lelah ternyata tak terlalu sinkron dengan mata dan otak saya yang enggak menutup hari dengan tidur sejenak) tentang beberapa masalah kejadian yang saya alami beberapa bulan ini..
Terakhir.....
"Mental tidak terbentuk dari ribuan materi yang dia dapat di bangku kuliah, duduk manis mendengarkan ceramah yang sesekali disambut dengan rasa kantuk. Tapi mental terbentu saat ia dihadapkan pada satu masalah, masalah dan masalah, ketika dia mampu bertahan, berdiri tegak meskipun ribuan orang melecehkan, tetap tersenyum meski hati tersayat, dan tetap memiliki ribuan tekad dan keyakinan meskipun banyak orang yang berusaha menjatuhkan"-Nabilah

ditulis dari pojok gubuk kecil kehidupan,
kediri, 15 Agustus 2015

No comments:

Post a Comment