Paper
Resume
Jurnal Pengembangan Organisasi
dan Keterkaitan dengan Coaching
Paper ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah psikologi industri dan organisasi
Disusun oleh:
Lailatul Maghfiroh 15010113120072
Nabila Dina Azkiyah 15010113120076
M. Arief Marzuqi 15010113130181
Kelas 4
Fakultas Psikologi
Universitas Diponegoro
Semarang
2015
RESUME
JURNAL PENGEMBANGAN ORGANISASI
A.
Pendahuluan
Puskesmas
merupakan salah satu unit pelayanan masyarakat. Salah satu cara agar puskesmas
dapat menjangkau wilayah di seluruh pelosok Indonesia adalah dengan diadakannya
puskesmas pembantu dan puskesmas keliling. Suatu organisasi memiliki keberhasilan
yang mengesankan dan kompetitif karena cara memperlakukan anggotanya, sehingga
sikap pemimpin kepada anggota merupakan penentu kesuksesan sebuah organisasi.
Jika pemimpin dapat menumbuhkan semangat kerja dan motivasi dari
anggota-anggotanya, maka organisasi dapat berjalan dengan lancar.
Tantangan
organisasi pada abad 21 adalah terfokus pada pelayanan kebutuhan pelanggan,
tidak hanya pada kepuasan pelanggan (customer
satisfaction) tetapi lebih pada nilai (customer
value). Jika puskesmas ingin unggul dalam persaingan pasar, maka harus
mampu tanggap terhadap kebutuhan pelanggan. Konsekuensinya adalah puskesmas
membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu menjawab tuntutan
tersebut.
Denpasar
sebagai daerah wisata mancanegara perlu meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan yang diikuti dengan peningkatan aspek manajemen sumber daya manusia.
Mengingat posisi manusia sangat krusial dalam organisasi, maka pimpinan
organisasi perlu memantau secara cermat dan berkesinambungan mengenai kepuasan
kerja yang berpengaruh terhadap tingkat absensi pegawai, perputaran tenaga
kerja, semangat kerja, serta keluhan dan pelayanan kesehatan bermutu,
terjangkau dan adil.
Pimpinan
organisasi perlu melakukan pemantauan terhadap anggotanya agar tetap konsisten
dalam menjaga produktivitas pekerjaannya. Pengembangan karir memuaskan
kebutuhan pegawai, kesempatan tumbuh dan berkembang, serta memenuhi kebutuhan
harga diri inidvidu dalam mencapai kepuasan kerja. Adapun pengembangan organisasi di puskesmas
bertujuan agar mampu memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada
msyarakat.
B.
Hipotesis
Adapun hipotesis dari
penelitian ini adalah Pengembangan orgnisasi, kepemimpinan, dan pengembangan
karir memiliki pengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai puskesmas
C.
Metode
Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode survei deskriptif dan explanatory dengan tipe imvestigasi causalitas. Adapun unit yang diteliti adalah seluruh pegawai yang
bertugas di Puskesma Denpasar. Time
horizon merupakan metode cross
sectional dimana informasi populasi dikumpulkan langusng dari lokasi secara
empiris untuk mengetahi pendapat populasi mengenai objek yang sedang diteliti.
Adapun analisis yang digunakan untuk pengaruh pengembnagan organisasi,
kepemimpinan, pengembangan karir terhadap kepuasan kerja, serta implikasi
terhadap kinerja pegawai puskesmas menggunakan analisis univariat, bivariat,
dan multivariat.
D.
Hasil dan Pembahasan
Persamaan
1, hipotesis yang menyatakan hubungan kepuasan kerja
dan pengembangan organisasi; kepuasan kerja dan kepemimpinan; kepuasan kerja
dan pengembnagan karir, secara keseluruhan mempengaruhi kepuasan kerja, yang
mana terbukti signifikan (cr >+2,58).
Persamaan
2, hipotesis yang menyatakan hubungan kinerja pegawai
dan kepuasa kerja; kinerja pegawai dan pengembangan organisasi; kinerja pegawai
dan kepemimpinan; kinerja pegawai dan pengembangan karir, secara keseluruhan
signifikan mempengaruhi kinerja pegawai (cr >+2,58).
Persamaan
3, 4, dan 5, hipotesis yang menyatakan faktor yang
paling dominan dalam menentukan pengembangan organisasi adalah penghargaan
(persamaan 5 memiliki koefisien regresi paling besar), setelah dilakukan uji
kelayakan dan unidimensionalitas, indikator aspek penghargaan diperlukan dalam
pengembangan organisasi.
Persamaan
6,7, dan 8, hipotesis yang menyatakan bahwa faktor
yang paling dominan dalam menentukan kepemimpinan adalah perilaku pemimpin
(persamaan 6 memiliki koefisien regresi paling besar). Setelah dilakukan uji
kelayakan dan unidimensionalitas, perilaku pemimpin perlu diperhatikan dalam
hal kepemimpinan.
Persamaan
9, 10, dan 11, hipotesis yang menyatakan faktor yang
dominan dalam menentukan pengembangan karir adalah prediksi karir (persamaan 11
memiliki koefisien regresi paling besar), maka aspek tersebut perlu mendapat
perhatian.
Persamaan
12, 13, dan 14, hipotesis faktor yang paling dominan
dalam menentukan kepuasan kerja adalah hubungan kerja (persamaan 12 memiliki
koefisien regresi paling besar). Berdasarkan uji kelayakan dan
unidimensionalitas, indikator aspek hubungan kerja perlu diperhatikan dalam
menentukan kepuasan kerja.
Persamaan
15, 16, dan 17, menyatakan bahwa faktor yang
paling dominan dalam menentukan kinerja pegawai adalah cakupan pelayanan,
dimana persamaan 15 memiliki koefisien regresi paling besar.
Adapun hasil penelitian
secara keseluruhan membuktikan bahwa untuk meningkatkan kepuasan kerja pegawai,
maka pemimpin perlu menerapkan tiga dimensi tersebut (pengembangan organisasi,
kepemimpinan, dan pengembangan karir) secara bersamaan. Kesimpulanya adalah bahwa kinerja pegawai ditentukan
oleh perilaku dari pemimpin itu sendiri.
E.
Kesimpulan
Pengembangan organisasi,
kepemimpinan, dan pengembangan karir memiliki pengaruh signifikan terhadap
kepuasan kerja pegawai puskesmas. Kepuasan kerja dapat ditingkatkan dengan
mengoptimalkan pengembangan organisasi, kepemimpinan, serta pengembangan karir.
Variabel yang paling dominan dalam menentukan kinerja pegawai adalah kepuasan
kerja, dimana pastinya dipengaruhi oleh kepemimpinan. Variabel yang paling
dominan dalam menentukan kepemimpinan seseorang adalah perilaku pemimpin,
sehingga kinerja pegawai sangat dipengaruhi oleh perilaku pimpinan.
Analisis Keterkaitan dengan Coaching
A. Coaching
1. Pengertian
Coaching
Coaching menurut Jati (2007) adalah bentuk pelatihan dan
pengembangan yang dilakukan di tempat kerja oleh atasan dengan membimbing
petugas melakukan pekerjaan secra informal dan
biasanya tidak terencana, misalnya bagaimana melakukan pekerjaan, bagaimana memecahkan masalah.
Menurut Moen dan Allgood (2009), coaching
merupakan sebuah metode yang bertujuan untuk
tercapainya aktualisasi diri seseorang dengan memfasilitasi proses pembelajaran
dan pengembangan dalam rangka mengoptimalisasikan potensi pada orang tersebut.
Parsloe
(1999) mendifinisikan coaching
sebagai suatu proses pembelajaran dan pengembangan untuk meningkatkan kinerja
yang membutuhkan pengetahuan dan pemahaman mengenai variasi gaya pemberian,
keterampilan, dan teknik yang sesuai dengan kondisi dimana coaching dilakukan. Menurut Whitmore (dalam Passmore, 2012), coaching adalah kunci membuka potensi
seseorang untuk memaksimalkan kinerjanya. Sedangkan Grant (dalam Wilson, 2011)
mendifinisikan coaching sebagai
sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil,
dan sistematis, dimana coach
memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran
diri dan pengembangan pribadi.
Dari
pengertian beberapa ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa coaching merupakan salah satu bentuk dari pelatihan dan
pengembangan yang berupa metode sistematis untuk membuka potensi untuk
meningkatkan kinerja pekerja dengan memberikan pengetahuan dan pemahaman
mengenai variasi gaya, keterampilan dan teknik yang sesuai dengan kondisi oleh
seorang coach.
2. Manfaat
Coaching
Terdapat beberapa manfaat yang
didapatkan dari adanya coaching menurut
Passmore (2012):
a. Meningkatkan performa dan produktivitas
kinerja individu maupun organisasi
b. Meningkatkan komitmen dan motivasi kerja
c. Menjadi bagian dalam nilai dan perilaku
organisasi
d. Meningkatkan keterampilan dan
pengoptimalisasian individu
e. Memperbaiki hubungan kerja antara
individu dan departemen
f. Menciptakan gagasan-gagasan kreatif
g. Meningkatkan fleksibilitas dan
adaptibilitas karyawan
h. Kesempatan untuk mendapatkan
keterampilan yang baru dan berbeda
i.
Keputusan
kerja yang lebih baik dan berkurangnya tingkat absen karyawan
j.
Komunikasi
yang lebih efektif
k. Budaya organisasi yang lebih terbuka dan
produktif
l.
Kesadaran
akan pembelajaran organisasi
3.
Peran Choach
Dalam pelaksanaan coaching, terdapat dua pihak yang
terlibat yaitu pemberi coaching (coach) dan penerima coaching (coachee). Coach sebagai pemberi coaching, memiliki peran untuk membantu
seorang individu dalam menunjukkan perform yang lebih baik dari yang telah
mereka lakukan, dan mengembangkan keterampilan serta kepercayaan diri mereka
secara berkelanjutan.
4. Prinsip-prinsip
dasar Coaching
Sebelum
dilaksanakan coaching, coach dan coachee harus memahami
prinsip-prinsip dasar coaching agar
proses berjalan dengan efektif. Berikut terdapat tujuh prinsip dasar coaching menurut Wilson (2011):
a. Kesadaran
Tujuan dari coaching adalah memperoleh kesadaran coachee, dimana mereka menggali tujuan
sendiri dan mau melakukan perubahan.
b. Tanggung jawab
Prinsip dasar coaching adalah tanggung jawab terhadap
diri sendiri dengan apa yang sudah menjadi keputusan yang diambil.
c. Percaya diri
Individu harus
diberikan ruang untuk belajar, baik dengan melakukan kesalahan, maupun melalui
upaya pencapaian tujuan, selain itu, memberikan pujian yang pantas dapat
membantu meningkatkan kepercayaan diri mereka.
d. Tidak menyalahkan
Coaching
hadir bukan untuk merumuskan pendapat mengenai benar atau salah bagi coachee, coach hanya membantu coachee
untuk menemukan jalan yang harus mereka ambil untuk melangkah lebih lanjut.
e. Focus pada solusi
Saat individu berpikir
jauh ke depan menuju solusi, sekalipun belum ada jawaban pasti terhadap suatu
persoalan, individu tersebut akan merasa lebih optimis dan memiliki energy yang
menguat untuk mengatasinya
f. Tantangan
Tugas coach adalah memberikan perspektif baru
bagi coachee untuk lebih melihat
segala sesuatu secara proporsional
g. Tindakan
Coaching
membantu mengubah perspektif dan pandangan baru dan coach menjamin bahwa aka ada tindakan dan perubahan perilaku yang
tepat
5. Model
Coaching
Sir
John Whitmore (dalam Wilson, 2011) pada tahun 1980-an membuat model coaching yang dikenal sebagai model GROW
yang merupakan singkatan dari Goal
(tujuan), Reality (kenyataan), Option (pilihan), Wrap-up (ringkasan).
a. Goal
(penetapan tujuan)
Penetapan tujuan dapat
dibuat secara spesifik (specific), terukur (measureable), menetapkan
langkah-langkah yang akan dilakukan (action related), realitas dapat tercapai
(realistic) dan memiliki batas waktu (time bound)
b. Reality
(Mengetahui hal-hal yang terjadi scara objektif)
Memiliki target yang
realistis yang disesuaikan dengan kondisi dimna mereka berada dan darimana
harus memulai.
c. Option
(Mengemukakan alternative, umpan balik dan solusi)
-
Coach memandu memikirkan
berbagai cara untuk mencapai tujuan
-
Mengungkap
semua yang mungkin dan tidak mungkin, manfaat, sumber daya yang digunakan, dan
dan resiko
-
Kesepakatan
untuk perbaikan dan peningkatan
d. Wrap-up
(ringkasan)
-
Mengulas
apa yang telah didiskusikan
-
Memberikan
dorongan dan motivasi agar dapat melakukan peningkatan dan komitmen untuk
mengubah perilaku
-
Target
waktu dan hasil disepakati kembali
-
Dokumentasi
untuk evaluasi dan pembenahan dalam sesi coaching
berikutnya
B. Analisis
Puskesmas
sebagai salah satu unit pelayanan kesehatan masyarakat
Agar tercapai kepuasan
kerja pegawai, maka pengembangan organisasi, kepemimpinan, dan pengembangan
karir juga perlu dioptimalkan. Ketiga aspek ini dapat dioptimalkan melalui
strategi coaching. Pemimpin harus
dapat memberikan pelatihan kepada anggota-anggotanya. Adapun coaching lebih efektif jika dilakukan
secara tatap muka antara pemimpin dan anggota, dimana tujuan utamanya untuk
meningkatkan soft competency
(kompetensi perilaku) dan hard competency (kompetensi teknis).
Langkah coaching:
·
Introduksi
dan identifikasi
Memberikan smabutan
yang hangat dan ramah pada karyawan, menjelaskan alasan dan tujuan pertemuan.
·
Definisi
maslah dan penyebab
Uraikan masalah
spesifik yang perlu diperbaiki dan dampaknya bagi peusahaan atau karyawan lain. Dapatkan faktor
penyebab masalah
·
Eksplorasi
alternatif perbaikan
Doorng karyawan untuk
memberikan pendapat mengenai cara atau solusi trebaik dalam menghadapi
prmasalahannya
·
Aksi
yang disepakati
Membangun komitmn untuk
melaksankan tindakan apa yang akan dilakukan sesuai kesepakatan
·
Lihat
kembali untuk memastikan pelaksaan
Mengadakan pertemuan
lanjutan untuk memastikan keadaan karyawan dan memberikan umpan balik atas
pekerjaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Djestawana, I. G. (2012). Pengaruh pengembangan
organisasi, kepemimpinan, jenjang karir terhadap kepuasan kerja dan kinerja
pegawai puskesmas. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 6, 261-266.
Haris, M. (2014). Kajian strategi memberdayakan coaching&counseling untuk menjawab
70-90% permasalahan hubungan industrial. Diakses dari http://www.forumhrdbekasi.com/files/pustaka/Pemberdayaan%20Coaching%20&%20counseling.pdf.
Ivancevich, J. M., Robert Konopaske, & Michael T.
Matteson. (2006). Perilaku dan manajemen organisasi. Jakarta: Erlangga.
No comments:
Post a Comment