Sinau
kedaulatan yang dilaksanakan pada hari Rabu, 15 April 2015 merupakan salah satu
rangkaian acara pisah sambut rektor undip. Dilaksanakan mulai pukul 19.30 wib,
acara ini mendapat sambutan yang sangat meriah dari civitas akademika
Universitas Diponegoro. Hal ini terbukti dari sesaknya gedung Prof. Soedharto
oleh peserta yang didominasi oleh para mahasiswa, bahkan sebagian peserta harus
duduk dilantai dua karena lantai satu telah penuh.
Acara
dimulai dengan sambutan dari panitia pelaksana, kemudian Rektor Universitas
Diponegoro 2010-2014 Prof. Sudharto P Hadi, MES, PhD dengan puisi dan
pantunnya, lalu diakhiri sambutan oleh rektor terpilih Profesor Yos Johan
Utama. Selanjutnya pemberian kenang-kenangan kepada Prof. Sudharto dan Istri.
Sampai puncak acara, yaitu sinau kedaulatan bersama Emha Ainun Nadjib yang
telah ditunggu-tunggu oleh semua hadirin.
Sinau
kedaulatan dibuka oleh Kyai Kanjeng (kelompok musik Emha Ainun Nadjib) dengan
melantunkan beberapa lagu, kemudian Cak Nun (sapaan akrab Emha Ainun Nadjib)
mengajak semua yang hadir untuk melantunkan sholawat. Gema sholawat seketika
memenuhi gedung Prof. Soedharto malam itu. Sebelum mengkaji tentang kedaulatan,
Cak Nun memanjatkan doa untuk rektor terpilih UNDIP agar senantiasa diberikan
kesuksesan dalam menjalankan amanah.
Cak
Nun mengajak semua peserta untuk mengkaji kembali hakikat kedaulatan, bukan
hanya kedaulatan relatif yang menjadi paham masyarakat umum. Cak Nun kemudian
mengajak beberapa mahasiswa yang memiliki konsentrasi pada bangsa dan Negara,
ekonomi dan perusahaan, serta pribadi keluarga dan keagamaan. Beberapa
mahasiswa dengan latar belakang berbeda-beda mulai maju kedepan, dan berkumpul
menjadi tiga kelompok. Kemudian dipandu oleh Noe Letto (putra Cak Nun), mereka
diminta untuk berdiskusi tentang syarat-syarat kedaulatan dan batasannya dari
sudut pandang masing-masing konsentrasi. Ketiga kelompok tersebut kemudian
diminta untuk mencari tempat di backstage
untuk berdiskusi.
Sementara
menunggu ketiga kelompok menyelesaikan tugasnya, Cak Nun bersama Kyai Kanjeng
mengajak semua peserta untuk menyanyikan beberapa lagu. Suara merdu dari
vokalis diiringi paduan musik modern dan gamelan Kyai Kanjeng membuat semua
orang yang hadir kagum dan menikmatinya. Guyonan yang menjadi ciri khas Cak Nun
juga menghiasi jalannya acara, gelak tawa menggema dalam gedung ketika Cak Nun
melontarkan guyonan-guyonannya.
Pada
saat yang bersamaan, hadirin yang semula khidmat mendengarkan Cak Nun seketika
mengalami kegaduhan. Hal ini disebabkan karena beberapa tamu undangan yang
hendak meninggalkan gedung, saling bertegur sapa dan bersalaman di
tengah-tengah penonton. Ratusan mahasiswa yang semula acuh tak acuh mulai
merasa terganggu karena Cak Nun tidak mau melanjutkan acara sebelum suasana
kembali tenang. Teriakan dan tepukan dari mahasiswa sebagai sindiran terhadap
perilaku para tamu undangan, semakin membuat suasana tidak kondusif. Melihat
hal itu, Cak Nun kemudian mengajak semua mahasiswa untuk melantunkan lagu dan
sholawat sembari menunggu tamu undangan keluar ruangan.
Ternyata
cara ini digunakan Cak Nun agar para mahasiswa tidak membuat kegaduhan terlalu
lama, terbukti semua penonton kembali tenang. Diakhir sholawat, Cak Nun
mengatakan bahwa penonton dan tamu undangan yang masih duduk lesehan di gedung
adalah mulia, karena memberikan kesempatan kepada tamu undangan untuk membuat
sedikit keributan ditengah-tengah acara. Sindiran dengan nada guyonan juga
dilontarkan Cak Nun kepada EO, yang tidak menyediakan ruangan khusus bagi tamu
undangan untuk saling bertegur sapa sehingga harus menganggu keberjalanan
acara.
Cak
Nun menyampaikan pentingnya saling kerjasama seluruh civitas akademika dalam
mendukung kesuksesan kepemimpinan Prof. Yos sebagai rektor lima tahun kedepan.
Sebab kemajuan Universitas Diponegoro tidak hanya tugas bagi rektor, tapi
seluruh civitas akademika yang ada. Selain itu, beliau juga berharap UNDIP
tidak hanya mencetak mahasiswa lulusan fakultas saja, tetapi mahasiswa
universal. Yaitu mahasiswa yang tidak hanya dalam bidang keilmuan fakultasnya
saja, tetapi secara universitas.
Sinau
kedaulatan tidak hanya dipandu oleh Cak Nun, beliau kemudian mengundang Prof.
Yos dan Hasyim Asy ari, S.H., M.Si., PhD yang merupakan dosen di Fakultas Hukum
untuk bersama-sama mengkaji kedaulatan. Setelah menunggu, akhirnya ketiga
kelompok selesai berdiskusi dan dengan dipandu oleh Noe, perwakilan
masing-masing kelompok menjelaskan hasil diskusi mereka.
Kelompok
bangsa dan Negara sebagai kelompok pertama menjelaskan bahwa syarat kedaulatan
dalam berbangsa dan bernegara adalah ketika sebuah Negara terbentuk membuktikan
bahwa kedaulatan juga terbentuk. Mereka juga menyebutkan bahwa kedaulatan
secara sepenuhnya berada di tangan rakyat.
Kemudian
kelompok kedua dengan konsentrasi perusahaan, menyebutkan bahwa kedaulatan
adalah ketika individu memiliki ide dan konsep, serta kedaulatan berada
ditangan pemilik perusahaan. Sedangkan kelompok pribadi, keluarga dan agama
memasukkan kedaulatan dalam konsep manusia sejak dilahirkan hingga kembali
kepada Tuhan.
Tidak
terasa waktu menunjukkan pukul 23.44 WIB, Cak Nun kemudian meminta izin kepada
Prof. Yos untuk melanjutkan diskusi hingga pukul setengah satu dinihari, sebab
menurutnya konsep kedaulatan harus memiliki kesamaan dalam pemikiran semua yang
hadir. Bahkan beberapa mahasiswa berteriak untuk melanjutkan diskusi hingga
pukul 02.00 WIB, antusiasme mahasiswa sangat terasa meskipun esok paginya adalah
hari aktif kuliah.
Setelah
mendapatkan kesepakatan, diskusi dilanjutkan. Giliran Prof. Yos dan Pak Hasyim
untuk menjelaskan makna kedaulatan sesuai dengan pandangan mereka. Pak Hasyim
menjelaskan bahwa kedaulatan adalah sebuah keberanian, keberanian untuk
melakukan dan menyuarakan. Seperti yang telah dilakukan oleh para pahlawan,
yang berani mengambil langkah untuk melaksanakan proklamasi ketika Jepang
dikalahkan sekutu. Sedangkan Prof. Yos menjelaskan bahwa kedaulatan dapat
dipandang dari berbagai sudut, akan tetapi kedaulatan adalah sebuah rasa. Sebuah
rasa yang dimiliki oleh setiap manusia bahwa dia memiliki hak dan kewajiban.
Puncaknya,
Cak Nun mengajak semua untuk merefleksikan kembali hakikat dari kedaulatan.
Sebuah bangsa dan Negara adalah tentang kepemilikan tanah, dimana rakyat yang
memiliki tanah mengutus perwakilan di pemerintahan untuk mengelolanya,
sedangkan pemilik tanah sebenarnya adalah Tuhan. Sebuah perusahaan, kedaulatan
berada ditangan pemilik saham, sedangkan saham tentu berasal dari alam, yang
lagi-lagi ciptaan Tuhan. Sedangkan dalam kehidupan keluarga, ayah dan ibu
memiliki kedaulatan terhadap putra putrinya, tetapi hal yang harus diingat
bahwa anak adalah cipataan Tuhan. Semua yang ada didunia ini, baik manusia,
tumbuhan, hewan, langit, tanah, air, gunung dan lainnya adalah ciptaan Tuhan.
Inilah kedaulatan mutlak yang dimiliki oleh Tuhan sebagai pencipta dunia dan
isinya. Manusia hanya memiliki kedaulatan relatif untuk melaksanakan kehidupan
didunia, hingga kita semua mati dan kembali kepada Tuhan.
Sebagai
penutup, Prof. Yos menyanyikan sebuah tembang ciptaannya. Rektor terpilih ini
ternyata selain humoris, juga pandai menembang. Cak Nun kemudian mengajak semua
untuk menyanyikan lagu dari daerah-daerah di nusantara, karena Undip memiliki
mahasiswa yang berasal dari seluruh daerah di Indonesia. Sinau kedaulatan
kemudian ditutup pada pukul 00.30 WIB dengan lantunan sholawat dan pembacaan
doa oleh Prof. Yos sebagai pemimpin baru Universitas Diponegoro.
Semarang, 15 April 2015
No comments:
Post a Comment