"Ikuti aku!"
"Kemana, Kak?"
"Sudah, jalan saja. Katamu hatimu hampa."
"Ya."
"Ini terlalu tinggi, Kak. Kau tau kan, kepalaku bisa pusing diatas sini!"
"Duduklah, aku disampingmu."
"Kau aneh, Kak."
"Aku aneh karena kau, kurcaci kecil"
"Hei, bukankah disini indah?"
"Iya. disini tenang."
"Itulah kau. Kamu hanya butuh sendiri, ketenangan. Lihat kehampaan pada hatimu, hatimu akan bicara"
"Dek, kadang kita terlalu sering berada di keramaian, hingga kita lupa mendengar hati kita. Kadang kita terlalu sering mendengar banyak hal, tapi menutup telinga pada sesuatu yang ingin bicara."
"Aku terlalu takut."
"Aku tau. Menangislah jika kamu ingin menangis, disini terlalu sepi untuk orang-orang melihatmu menangis. Kau hanya perlu menjadi dirimu sendiri, setidaknya, disini."
"Angin disini selalu terasa sejuk, diketenangan dzikir mereka terdengar sangat merdu, tak merasakah kau akan hal itu, Dek?"
"Ya, Bahkan pohon-pohon yang tertiup angin itu, laiknya seorang hamba yang menikmati tiap lafadz yang ia ucapkan, memuji keagungan Rabb-Nya."
"Hatimu hanya perlu itu. Kau hanya perlu duduk sendiri dalam ketenangan, tuntun hatimu untuk tetap berdzikir, basahi bibirmu dengan ayat-ayat-Nya. Karena kita manusia, kita butuh untuk sendiri, benar-benar kembali kepada-Nya, jangan penuhi dirimu dengan apa yang terlihat oleh mata."
"Kemana, Kak?"
"Sudah, jalan saja. Katamu hatimu hampa."
"Ya."
"Ini terlalu tinggi, Kak. Kau tau kan, kepalaku bisa pusing diatas sini!"
"Duduklah, aku disampingmu."
"Kau aneh, Kak."
"Aku aneh karena kau, kurcaci kecil"
"Hei, bukankah disini indah?"
"Iya. disini tenang."
"Itulah kau. Kamu hanya butuh sendiri, ketenangan. Lihat kehampaan pada hatimu, hatimu akan bicara"
"Dek, kadang kita terlalu sering berada di keramaian, hingga kita lupa mendengar hati kita. Kadang kita terlalu sering mendengar banyak hal, tapi menutup telinga pada sesuatu yang ingin bicara."
"Aku terlalu takut."
"Aku tau. Menangislah jika kamu ingin menangis, disini terlalu sepi untuk orang-orang melihatmu menangis. Kau hanya perlu menjadi dirimu sendiri, setidaknya, disini."
"Angin disini selalu terasa sejuk, diketenangan dzikir mereka terdengar sangat merdu, tak merasakah kau akan hal itu, Dek?"
"Ya, Bahkan pohon-pohon yang tertiup angin itu, laiknya seorang hamba yang menikmati tiap lafadz yang ia ucapkan, memuji keagungan Rabb-Nya."
"Hatimu hanya perlu itu. Kau hanya perlu duduk sendiri dalam ketenangan, tuntun hatimu untuk tetap berdzikir, basahi bibirmu dengan ayat-ayat-Nya. Karena kita manusia, kita butuh untuk sendiri, benar-benar kembali kepada-Nya, jangan penuhi dirimu dengan apa yang terlihat oleh mata."
No comments:
Post a Comment